Arti Sebuah
Senyuman
Hujan turun begitu deras
saat bunda pergi kedalam pelukan-Nya. Air mata tak bisa berhenti mengalir
seperti hujan yang tak henti jatuh , saat kulihat wajah bunda yang tersenyum
damai. Aku terus menatap mata bunda, mata yang selalu membuat diri ini
tersenyum, tapi senyuman ku sekarang terkunci rapat. Hanya tangisan dan
teriakan yang menyebut “BUNDA”. Seseorang yang tak a sing lagi datang
menghampiriku seseorang yang dulu menggoreskan luka dihatiku dan yang lebih
menyakitkan dihati bunda. Seseoranng itu adalah Ayahku sendiri yang
meninggalkan kami disaat bunda sedang sakit gara-gara wanita yang membuatnya
buta. Aku tak ingin dia menatap wajah bunda yang begitu suci tak ingin wajah
bunda yang begitu damai bertemu dengan lelaki seperti dia yang telah membuat
bunda semakin parah penyakitnya dan sampai bunda dibawa oleh yang di atas.
“pergi kamu jangan dekati
bundaku”teriakku menghalangi tubuh bunda yang sudah kaku.
“tasya maafkan ayah ”dia
berusaha memelukku tapi aku melepaskan pelukan itu
“ayah? ”aku tertawa kecut
“ayahku sudah mati, mati
karena wanita lain sekarang aku anak yatim piatu. Anda puas”aku membentak
dengan tangisan yang tak bisa dibendung.
“tasya sudahlah biarkan
ayahmu melihat bundamu”ujar bibiku.
“tasya tak rela kalau orang
ini melihat wajah bunda yang begitu damai, tasya tak mau bunda menangis bibi
”aku semakin menangis. Tubuhku lemas, dan “BRUGGG” tubuh lemahku terjatuh
pingsan.
Aku melihat bunda begitu
sehat tersenyum indah padaku memakai baju putih yang indah disebuah padang
ruput yang hijau, aku berlari dengan senyuman. Tapi bunda semakin menjauh, aku
mulai gelisah dan terus berlari tapi bunda terus menjauh aku mulai menangis dan
aku terbangun , itu hanya mimpi. .
“tasya. . . kamu sudah
sadar”Tanya bibiku
“bunda dimana?”tanyaku pada
bibi. Dia memelukku dengan tangisannya
“tasya ibumu sudah
dimakamkan, tasya kamu harus kuat dalam menjalani cobaan hidupmu. Bibi yakin
kamu pasti bisa melewati ini semua”Bibi menangis membasahi bajuku. Aku tterdiam
sekarang aku sendiri bunda sudah ada dalam pelukan-Nya. Maaf bunda Tasya tak
bisa mengantar bunda . aku menangis bersama pelukan Bibi.
***
Sudah seminggu setelah
bunda pergi, aku menjadi pendiam tak ada senyuman lagi dimulutku ini, tak ada
keceriaan yang tampak diwajahku yang ada hanya kesedihan. Di sekolah aku
menjadi penyendiri walau sahabat-sahabatku selalu menyemangatiku tapi itu tak
bisa merubah segalanya.
“Tasya kamu mau ikut aku
ketemu dengan Nugi, dia bawa temannya yang menurutku dia baik. Ayolah Sya ikut
aku ya” ujar temanku yang menarik-narik tanganku.
Aku menghela napas “hah”.
“maaf Nita aku gag bisa,
aku lagi gag mood”ujarku dengan wajah murung
Dia menarik tanganku.
“pokoknya kamu harus ikut,
mereka nunggu kita di taman ” Nita memaksaku ikut , ya apa boleh buat aku pun mengikuti
keinginannya.
Kita sudah sampai ditaman
di tengah sekolah kami.
Terlihat dua orang pria
yang tersenyum pada kita. Ku lihat Nita sangat senang bertemu sang pujaannya.
“hay maaf ya lama
nunggunya”.
“kenalin ini temanku Tasya
imutkan ?”
Mereka tersenyum
“hay aku Nugi pacar
Nita”senyumnya sambil memberikan tangannya padaku
“tasya”ujarku yang
tersenyum terpaksa
“aku Yudis temanya Nita dan
Nugi”senyumnya yang juga memberikan tanganya
“tasya”kami pun bersalaman.
Aku seperti orang bodoh berada ditengah tengah orang yang sedang saling jatuh
cinta, aku iri nita tertawa lepas .sedangkan aku hanya diam tak ada yang bisa
buat aku tersenyum seperti nita. Yudis mendekatiku dan memberikan selembar
kertas yang berisi puisi
Arti Hidup
semuanya terasa begitu hamoa
tak ada lagi klasih sayang
yang kurasakan
ini begitu sulit ini begitu
asing bagiku